Prodi Ekonomi syariah Universitas Alma Ata – Lembaga filantropi Islam dan lembaga amil zakat (LAZ) nasional memperkuat respons kemanusiaan dalam penanganan bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Provinsi Aceh dan Sumatra Utara. Bencana hidrometeorologi akibat curah hujan tinggi dan luapan sungai tersebut berdampak pada ribuan warga, merusak permukiman, fasilitas umum, serta mengganggu aktivitas ekonomi masyarakat. Dalam fase tanggap darurat hingga pemulihan awal, sedikitnya lima lembaga amil zakat nasional tercatat aktif dan berpengalaman terjun langsung ke lokasi bencana. Bantuan yang disalurkan bersumber dari dana zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya, dengan fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dan pemulihan martabat korban bencana. 

BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) mengerahkan Tim BAZNAS Tanggap Bencana (BTB) di beberapa kabupaten terdampak. Hingga pekan pertama tanggap darurat, BAZNAS menyalurkan lebih dari 10.000 paket logistik keluarga, mengoperasikan dapur umum yang melayani sekitar 5.000 jiwa per hari, serta memberikan layanan kesehatan darurat bagi ratusan warga pengungsi. Selain itu, BAZNAS menyiapkan program rehabilitasi hunian dan bantuan usaha mikro bagi korban pascabanjir. Dompet Dhuafa, melalui Disaster Management Center (DMC), menurunkan relawan kemanusiaan dan tenaga medis ke Aceh dan Sumatra Utara. Lembaga ini menyalurkan paket pangan, air bersih, dan hygiene kit kepada lebih dari 4.000 keluarga terdampak, serta membuka layanan psikososial bagi anak-anak dan kelompok rentan. Pada tahap pemulihan, Dompet Dhuafa memulai program dukungan ekonomi produktif bagi warga yang kehilangan mata pencaharian. Rumah Zakat mengoperasikan Relawan Inspirasi dan Tim Siaga Bencana dengan fokus pada distribusi bantuan cepat. 

Hingga saat ini, Rumah Zakat telah menyalurkan sekitar 3.500 paket sembako, air bersih dan perlengkapan kebersihan, serta mengadakan layanan kesehatan keliling di titik-titik pengungsian. Pendekatan pemulihan berbasis komunitas menjadi ciri utama intervensi pascabencana lembaga ini. Sementara itu, LAZISNU (Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah NU) memanfaatkan jaringan relawan Nahdlatul Ulama hingga tingkat akar rumput. LAZISNU terlibat dalam dapur umum komunitas, distribusi paket pangan dan perlengkapan ibadah, serta pembersihan rumah ibadah dan fasilitas sosial yang terdampak banjir. Diperkirakan lebih dari 2.500 keluarga menerima manfaat dari program darurat LAZISNU di dua provinsi tersebut. 

LAZISMU (Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah), bekerja sama dengan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), menyalurkan bantuan logistik, layanan kesehatan, dan edukasi kebencanaan kepada warga terdampak. Hingga tahap awal pemulihan, LAZISMU turut mendukung rehabilitasi sarana pendidikan dan permukiman, dengan penerima manfaat mencapai sekitar 3.000 jiwa. 

Secara keseluruhan, kolaborasi lembaga filantropi Islam dan LAZ ini diperkirakan telah menjangkau lebih dari 20.000 jiwa penerima manfaat di Aceh dan Sumatra Utara. Sinergi dengan pemerintah daerah, BPBD, dan organisasi masyarakat sipil memperkuat efektivitas penyaluran bantuan serta memastikan akuntabilitas pengelolaan dana umat. Bencana banjir ini menegaskan peran strategis filantropi Islam tidak hanya sebagai instrumen karitas, tetapi juga sebagai aktor ketahanan sosial yang berkontribusi nyata dalam penanggulangan bencana dan pemulihan kehidupan masyarakat berbasis nilai keadilan, amanah, dan solidaritas kemanusiaan.